article-image

Sumber Gambar: Quang Nguyen Vinh from Pexels

Seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia dalam kurun waktu yang cukup singkat, maka kebutuhan akan pangan juga terus bertambah. Akan tetapi, ketersediaan lahan untuk mampu memproduksi kebutuhan pangan tersebut juga terbatas akibat penggunaan lahan lebih besar digunakan untuk wilayah permukiman dan industri lainnya. Ditambah lagi dengan kualitas tanah yang semakin menurun setiap tahunnya. Bila kondisi pertumbuhan populasi penduduk lebih besar dibandingkan dengan laju produksi pangan, maka sangat memungkinkan untuk terjadi krisis pangan akibat ketergantungan suatu wilayah pada wilayah lain untuk menyediakan makanan. Umumnya hal ini ditemukan pada daerah perkotaan yang padat penduduk. Pada tahun 2008, FAO memprediksi bahwa pada tahun 2020, 75% penduduk di negara berkembang Afrika, Amerika Latin, dan Asia akan tinggal di kawasan perkotaan. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau hanya sedikit orang yang mampu menghasilkan makanannya sendiri atau untuk produksi massal?

Menurut Noorsya dan Kustiwan (2013), kawasan perkotaan harus segera mencoba memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dan memperbaiki kondisi lingkungan agar tercipta lingkungan yang sehat dengan menerapkan pertanian perkotaan. Lahan yang tidak luas membuat pertanian perkotaan memiliki skala yang kecil-intensif dalam bentuk produksi rumahan, taman-taman atap, berbagi lahan, rumah kaca, maupun produksi pangan di ruang publik atau ruang vertikal (Hou et al., 2009). Peran pertanian perkotaan selain dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan tetapi juga dalam aspek ekonomi, ekologi, sosial, estetika, dan edukasi. Dengan melakukan kegiatan ini, lahan dan sumber daya perkotaan dapat lebih teroptimalkan. Aktivitas ini dapat dilakukan dalam waktu luang dan menjadi aktivitas rekreasi bagi sebagian besar orang yang tinggal di kota. Selain itu, bila pertanian perkotaan dapat dirancang dengan baik dan dikembangkan secara terpadu maka dapat berpengaruh signifikan dalam penghijauan kota, pemanfaatan sampah organik, dan mengurangi penggunaan energi berlebih (De Zeeuw, 2011).

Praktik pertanian perkotaan dapat dimulai dari rumah sendiri dengan menggunakan sumber daya dan teknologi sederhana. Manfaatkan kembali sampah organik yang dihasilkan dari rumah sendiri untuk menambah kesuburan media tanam dan memberi nutrisi pada tanaman. Banyak ide dan contoh nyata di internet dari pertanian perkotaan skala rumahan yang mudah diterapkan. Ayo mulai bertani dari rumah sendiri.

Sumber: Food and Agriculture Organization (FAO). 2008. Urban Agriculture For Sustainable Poverty Alleviation and Food Security. 84p.

Noorsya, AO dan I Kustiwan. 2013. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B. SAPPK ITB. Bandung. Hal 89-99.

Hou J, Johnson JM and Lawson LJ. 2009. Greening Cities, Growing Communities: Learning from Seattle’s Urban Community Gardens. Seattle, WA: University of Washington Press.

De Zeeuw, H. 2011. Cities, climate change and urban agriculture. Urban Agriculture Magazine 25: 39–42.

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang